Wabah PMK Merebak di Jatim dan Aceh, Peternak Sapi di Balikpapan Terkena Dampaknya

Onix News, Balikpapan – Merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Jawa Timur dan Aceh juga memberi dampak bagi peternak sapi di Balikpapan yang mengaku alami kerugian. Pasalnya sapi di Balikpapan juga diambil dari Jawa.

Salah satunya adalah usaha penggemukan sapi Bang Kumis Farm, yang merupakan peternakan terbesar di Balikpapan yang berlokasi di kawasan Kampung Timur Balikpapan Utara. Usaha penggemukan sapi ini didatangi petugas dari Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DP3) Balikpapan untuk dilakukan pemeriksaan.

“Jadi tadi ada kunjungan dari Dinas Pangan Pemkot Balikpapan bersama Balitbang Banjarmasin serta Dinas Peternakan Propinsi untuk melihat kondisi kesehatan sapi di Bang Kumis Farm. Sebagaimana kita ketahui bahwa di Jawa Timur sedang ada wabah Penyakit Mulut dan Kuku yang menyerang sapi. Mereka kuatir wabah itu sampai ke Balikpapan,” ujar Muhammad Abduh Kuddu, pemilik Bang Kumis Farm, Kamis(12/5).

Dari hasil pemeriksaan sementara tidak ada dijumpai tanda-tanda fisik ternak disana terserang PMK. Namun demikian petugas tetap mengambil sample untuk kemudian diuji di laboratorium.

“Mereka mengecek apakah ada sapi yang bergejala sakit PMK, dan alhamdulillah tidak ada, karena mereka sudah tahu track record karantina sapi di sini,” ujarnya lagi.

Dia menuturkan bahwa sapi miliknya didatangkan dari wilayah Jawa Tengah bukan dari Jawa Timur, akan tetapi tetap terimbas dengan adanya wabah itu dikarenakan adanya penutupan distribusi sapi dari Jawa ke Balikpapan.

“Saya juga sebagai pengusaha tidak bisa lagi membeli sapi dari Jawa sementara distribusinya juga tidak bisa masuk ke sini sampai wabah ini benar-benar hilang. Penutupan itu belum jelas sampai kapan saya tanya petugas katanya masih menunggu dari pemerintah pusat,” tuturnya pelan.

Dampak yang terjadi yakni, sapi yang sebelumnya di beli dari Jawa tertahan sehingga harus dirawat tentunya akan ada pos biaya yang dikeluarkan untuk biaya perawatan selama di sana.

“Rugi karena waktu yang diperpanjang, harusnya bisa dikirim ke sini dan bisa dijual jadi gak bisa dan tergantung berapa jumlah ekor, kan lumayan apalagi sapi premium seperti ini perbulannya Rp500 ribu per ekor kalau di Jawa perawatannya. Kerugian bisa sampai ratusan juta, gak usah banyak-banyak sapi 30 ekor saja sudah dikali sudah Rp 15 juta dan sampai kapan belum tahu,” jelasnya.

Abduh juga mengaku telah mempertimbangkan cara alternatif yang akan diambil jika penutupan distribusi sapi dari Jawa ke Balikpapan masih ditutup dalam jangka waktu lama, terutama hingga mendekati Hari Raya Idul Adha.

“Kami jelas terdampak terutama kaitannya saya sudah siapkan sapi juga dari Jawa ke sini tapi karena ada wabah begini ya tidak bisa dikirim, otomatis nanti sapinya cari alternatif lain dari Sulawesi untuk kebutuhan qurban. Bisa jadi juga nanti karena stok menipis ya harga jadi mahal,” pungkasnya.