Legiun Veteran Masih Perjuangkan Gedung Sekretariat Yang Layak
Onix News, Balikpapan – Hari ini 77 tahun sudah bangsa ini menghirup udara kemerdekaan yang diperjuangkan dengan susah payah oleh para founding fathers dan pejuang kemerdekaan serta pejuang yang menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun penting untuk mengetahui bagaimana nasib Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) di Balikpapan saat ini. Bila sebelumnya para veteran memiliki kantor sekretariat di Jalan Dondang, namun kini hanya menempati sepetak ruko di kawasan Balikpapan Permai dengan status pinjaman.
Keprihatinan ini diungkapkan oleh Ketua LVRI Balikpapan Joseph Worang, dalam talk show bertajuk “Merajut Ulang Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Balikpapan” yang diselenggarakan di Studio 4 Onix Radio di Gedung Klandasan, Kamis (11/8/2022).

“Veteran itu pejuang perang. Saat peperangan kami ada di depan, tapi selesai perang kami ada di belakang, alias ditinggalkan. Kantor veteran sekarang ya begini, bisa diliat sendiri,” kata Joseph Worang dalam penyampaiannya.
Selain gedung bangunan yang kurang representatif, Joseph juga mengeluhkan fasilitas yang ada di kantor LVRI yang tidak memadai. “Untuk duduk saja susah. Kami mau menggelar upacara tapi tidak ada lapangan,” ucapnya lirih.
Joseph menceritakan, dahulu memang kantor veteran di Jalan Dondang rencananya akan dikerjasamakan dengan salah satu hotel namun sudah sekitar sepuluh tahun mangkrak. Sementara bekas bangunan lama sudah rata dengan tanah namun belum diketahui kabar kelanjutan realisasi pembangunannya.
Perhatian dari Pemerintah Kota Balikpapan saat ini oleh Joseph juga dianggap kurang. Dirinya juga menceritakan bahwa sejak tahun 2021 lalu, sudah tidak lagi menerima program tali asih. Padahal menurutnya, para veteran kini hanya tersisa 60 orang saja dari semula yang berjumlah 400-an.
Masih di tempat yang sama, suara keras datang dari pemerhati kota Balikpapan Mauliddin Noor yang mengaku miris dengan kondisi kantor sekretariat LVRI yang menurutnya kurang cocok bagi para veteran yang sudah lansia.
“Veteran ini orang tua kita juga. Waktu saya liat di sekretariat LVRI di BP, saya sedih, masak dikasi gedung yang tangganya tinggi. Untuk berjalan saja mereka sudah susah, masak harus naik-naik tangga,” ujar Mauliddin berapi-api.

Selain itu, mantan anggota DPRD Kota Balikpapan ini juga menyoroti kurang layaknya lokasi Tugu Demonstrasi 13 November 1945 di Karang Anyar yang merupakan pengingat sejarah pengibaran bendera merah putih untuk pertama kalinya di Balikpapan.
“Masak tugu peringatan sejarah kok posisinya malah di sebelah pencucian mobil, cobalah tolong dibenahi agar layak,” tukasnya.
Dalam kesempatan itu pula CEO Onix Corp Krisna Galih Mahendra Putra menyoroti pentingnya mengenalkan sejarah perjuangan kemerdekaan di Balikpapan kepada generasi muda, dan membuka peluang dikenalkannya sejarah perjuangan di Bumi Etam pada umumnya di bangku sekolah.

“Nama pejuang di Balikpapan siapa yang tau, apakah masih kenal dengan Husein Yusuf, apakah tau dengan Abdul Muthalib, Anang Anwari, atau adakah yang masih kenal dengan yang ada di sini bersama kita seperti Kakek Koesman. Semangat itu yang ingin kita bangun, supaya generasi muda bisa tau torehan tinta emas perjuangan di Balikpapan beserta tokoh-tokohnya,” tutur Krisna Galih.
Wakil Ketua DPRD Kota Balikpapan, Budiono, yang juga hadir sebagai narasumber dalam ajang diskusi tersebut mengutarakan dukungannya untuk membenahi situs-situs sejarah di Balikpapan. Baginya, penting untuk tidak melupakan sejarah karena itu adalah jati diri bangsa.
Dirinya juga membuka wacana menggunakan gedung-gedung milik pemerintah kota untuk digunakan sebagai kantor sekretariat para veteran.
“Saat itu kantornya (LVRI) mungkin ada sedikit kendala. Tapi memang ada baiknya kita support sebagai bentuk dukungan kita kepada mereka yang dulu berjuang sehingga kita sekarang bisa menikmati Kota Balikpapan yang sudah maju. Mungkin sebagai contoh, bisa saja kita menyiapkan satu ruangan di gedung parkir Klandasan ini. Nanti kita coba diskusikan lebih lanjut. Yang jelas bagi veteran pejuang, kami tidak akan tutup mata,” ujar Budiono.
Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Sugianto yang mewakili Pemerintah Kota Balikpapan mengaku sedih melihat fakta bahwa sejarah perjuangan di Balikpapan mulai luntur dan tergerus oleh jaman.
“Ya kita merasa sedih juga soal sejarah Balikpapan yang mulai luntur. Ya mungkin itu tadi, kurang sosialisasi dan tidak dijadikan muatan lokal di bangku sekolah. Apalagi sekarang anak-anak kita lebih suka bermain game daripada membaca buku sejarah,” kata Sugianto.
Disinggung mengenai tidak adanya tali asih bagi para veteran, Sugianto mengatakan bahwa administrasi keuangan negara saat ini lebih kompleks dan tertib. Namun menurutnya masih ada metode lain untuk membantu, salah satunya dengan dana hibah.
“Itupun masih ada aturan yang mengatur masalah tersebut secara detail. Semuanya diatur dengan Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah (SIPD) yang linknya ada di Kemendagri,” tandasnya.