Diskusi Pendidikan di Balikpapan, Memahami Kurikulum Merdeka Semakin Terbuka Bersama Balai Guru Penggerak

Onix news, Balikpapan – Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Hetifah Sjaifudian saat berdiskusi pendidikan tentang transformasi guru dalam merdeka belajar menyebutkan, bahwa kunci dari kurikulum merdeka yang saat ini diterapkan adalah guru.

“Kuncinya ada di guru, kalau dari awal guru mengajar dengan metode yang lama dan tidak menciptakan ekosistem kreatif maka kurikulum merdeka belajar tidak akan terjadi,” terang Hetifah saat diwawancarai usai kegiatan diskusi pendidikan di Hotel Swissbell Balikpapan, Selasa (15/08/2023).

Hetifah menilai para guru harus mau berubah dan juga harus bisa bersahabat dengan teknologi, sehingga dapat memanfaatkan teknologi itu untuk proses pembelajaran. Karena kurikulum yang berubah juga harus dibarengi dengan guru yang mau menyesuaikan diri dengan perkembangan dan menerima perubahan.

“Kalau gurunya tidak berubah pasti tidak akan bisa dioptimalkan pemanfaatannya. Kami bangga dengan adanya balai guru penggerak dan kebijakan yang ada di pusat selalu bertransformasi juga untuk memastikan bahwa segala perubahan ini berjalan dengan baik,” bebernya.

Ia menerangkan dalam metode kurikulum merdeka (kurmer) peserta didik akan belajar dengan tujuan pemahaman literasi, dimana dalam hal ini bukan hanya membaca dan berhitung namun juga pemahaman peserta didik akan suatu kondisi yang dibutuhkan. Misalnya kritis dalam menerima atau memilih informasi, mampu berinovasi dan menghasilkan karya.

“Bagaimana bisa memahami bahan bacaan itu atau bisa memanfaatkan atau menggunakannya. Kalau mereka bisa lebih dewasa akan menjadi penggerak kemajuan inovasi dan berbagai hal lain,” katanya.

Selanjutnya Ketua Tim Kerja Peningkatan Keprofesionalan Berkelanjutan Dirjen GTK Kemendikbud Ristek RI, Yudi Herman mendukung keberadaan balai guru penggerak karena memberikan dampak yang positif dan menjadi lebih masif implementasi dari kurikulum merdeka.

“Kita punya balai guru penggerak ini ada di 33 provinsi yang sebelumnya mungkin kebijakan sangat terpusat, tetapi dengan adanya balai guru penggerak ini dapat didistribusikan lebih dekat dengan guru penggerak untuk meningkatkan kompetensinya,” sebut Yudi.

Yudi menilai sebenarnya semua guru sudah siap bertransformasi dengan kurmer, apalagi adanya guru penggerak, fasilitator, sekolah penggerak dan lainnya tentunya akan memberi kemudahan dalam memahami implementasi kurmer.

Termasuk pula dukungan infrastruktur yang diberikan, sehingga tidak ada kata para guru belum siap.

“Semua berkolaborasi untuk semua guru itu masuk kedalam kurikulum merdeka. Tinggal kita lihat saja seperti apa progres kedepannya, semua cara kita lakukan dan guru siap melakukan itu,” ucapnya.

Menanggapi kendala yang ada, ia mengaku kendala itu biasanya datang dari internal guru itu sendiri, sehingga adanya forum yang digelar seperti diskusi Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi internal kepada para guru.

Kepala Balai Guru Penggerak Kaltim, Wiwik Setiawati mengatakan penerapan kurikulum merdeka memang tidak sama dengan kurikulum sebelumnya, karena kurmerlebih mengembangkan ekosistem belajar mandiri.

“Meskipun ada kendala terhadap guru yang belum mengerti ilmu teknologi. Tetapi dengan adanya salah satu strategi yang diberikan Kementerian Pendidikan, maka guru mau tidak mau harus bisa mengetahui ilmu teknologi. Berdasarkan data yang kita lihat, di Kaltim guru kita sudah belajar sampai dengan empat topik,” tuturnya.

Sinergi dan kolaborasi yang terjalin saat ini diakui Kepala TK Nurul Kautsar, Nurhani sangat baik dalam membantu para guru untuk menambah pengetahuan dan pemahaman kurmer sehingga dengan begitu implementasi kurmer di sekolah masing-masing akan lebih mudah.

“Sangat bagus untuk para guru menambah pengetahuan karena kita kan sudah kurikulum merdeka, merdeka mengajar jadi sudah tepat sekali kami menghadiri acara seperti ini, merdeka belajar itu kan kita baru jadi kalau lebih sering lagi diadakan kami senang,” kata Nurhani.

Ia merasa bahwa perubahan kurikulum bukanlah suatu beban yang ditanggung para guru, melainkan sebuah inovasi yang pastinya bertujuan untuk memberikan Pendidikan kepada generasi bangsa dengan lebih baik lagi. Sehingga memacu setiap pendidik agar mau terus berusaha memahami dan berinovasi sehingga tercapai tujuan pendidikannya.

“Kalo saya mengajar lebih senang karena gak tertekan, banyak bermainnya sebenarnya sama, cuma metode nya saja yang berbeda,” tutup Nurhani.