Airlangga Hartarto: Potensi Resesi Indonesia Relatif Kecil, Hanya Tiga Persen

Onix News, Balikpapan – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan potensi Indonesia untuk mengalami resesi relatif kecil dibanding negara lain.

Hal tersebut diungkapkan Airlangga, saat memberikan keterangan usai mendampingi Presiden Joko Widodo menerima delegasi Dana Moneter Internasional (IMF) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu (17/7/2022).

Delegasi yang hadir di antaranya Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan, dan Representatif Senior IMF untuk Indonesia James Walsh.

Airlangga Hartarto mengatakan bahwa dalam pertemuan tersebut Presiden Jokowi menyampaikan mengenai situasi perekonomian di Indonesia kepada IMF.

“Indonesia melihat bahwa situasi domestik kita relatif baik. Beberapa negara masuk resesi, tapi Indonesia potensi resesinya dibanding negara lain relatif sangat kecil yaitu hanya sebesar tiga persen,” kata Menko Airlangga.

Airlangga melanjutkan, ekonomi Indonesia relatif sedang baik di mana inflasi sekitar 4,2 persen dan pertumbuhan 5,01 persen. Kemudian, defisit masih sekitar 4 persen dan current account 0,5 persen dan balance of trade Indonesia dalam posisi yang positif selama 26 bulan. Selain itu, Indonesia juga punya foreign reserve sebesar USD135 miliar.

Meski demikian, pemerintah berharap IMF akan terus mendukung dan memberikan narasi positif terhadap perekonomian Indonesia terutama dalam menghadapi krisis global.

“Kita sangat mengkhawatirkan dengan kondisi inflasi yang naik di berbagai negara. Tingkat suku bunga akan masuk rezim baru, yaitu kenaikan tingkat suku bunga global dan tentu sangat mempengaruhi terhadap investasi yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia,” kata Menko Perekonomian.

Dalam keterangan yang sama, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut bahwa pertemuan Presiden Jokowi dengan delegasi IMF juga membahas sejumlah tantangan dan ancaman global, termasuk perang yang menyebabkan harga komoditas seperti pangan dan energi menjadi naik. Kenaikan harga di dua komoditas tersebut yang kemudian memacu inflasi di berbagai negara.

“Kenaikan harga komoditas seperti pangan dan energi dan ini menyebabkan inflasi di banyak negara meningkat secara tinggi, sehingga ini menjadi ancaman yang sangat nyata bagi banyak-banyak negara yang sekarang menghadapi krisis pangan dan krisis energi,” imbuhnya.